2 Okt 2013

laporan DO (Dissolved Oxygen) praktikum pengantar oseanografi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai sumber air yang dipergunakan untuk keperluan hidup dan kehidupan dapat tercemar oleh berbagai sumber pencemaran. Limbah dari makhluk hidup, sepertimanusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat menjadi penyumbang pencemaran terhadapair yang akan dipergunakan, baik untuk keperluan makhluk hidup maupun untuk keperluan kehidupan yang lain. Keberadaan Zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih akan menimbulkan gangguan terhadap kualitas air. Keadaan ini akan menyebabkan oksigenterlarut dalam air berada pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air.Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air (Aria, P. 2009).
Diketahui bahwa oksigen memegang peranan penting sebagaiindikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi danreduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan kegiatanbiologis yang dilakukan oleh organisme aerobic atau anaerobik. Sebagai pengoksidasidan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalammenguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dantidak beracun (Fauziah, I. 2010).
Sumber oksigen dilautan antara lain dapat diperoleh secara langsung dari atmosfer melalui proses difusi dan melalui biota berklorofil yang  mampu berfotosintesis. Disamping itu juga terdapat faktor yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam air laut yaitu karena respirasi biota, dekomposisi bahan organik dan pelepasan oksigen ke udara. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia yang sering digunakan yaitu DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen Demand), dan COD (Chemical Oxygen Demad) (Nontji, 2009 : 24)
DO air laut merupakan gas terlarut yang penting, khususnya dalam proses metabolisme. Faktor yang menentukan konsentrasi DO di laut adalah proses fotosintesis dan respirasi, pertukaran udara dengan  dipermukaan laut. Hal ini dilakukan secara difusi. DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut juga dapat dijadiakn salah satu indikator apakah di perairan tersebut tercemar atau tidak. Distribusi DO secara vertikal dipengaruhi  oleh gerakan air, proses kehidupan di laut, dan secara kimia oksigen dipakai untuk respirasi, yaitu proses penguraian zat-zat organik yang membutuhkan oksigen (Supangat, 2000: 57).
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan masssa air serta merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah (effluent) yang masuk ke badan air (Anonim, 2009: 1).
1.2. Tujuan
  1. Mengetahui komposisi kimia air laut dan metode pengambilan sampel.
  2. Mampu melakukan cara pengambilan contoh air laut dan mngkaitkannya dengan prosedur baku.
  3. Bisa mengerti apa itu DO dan untuk apa diukurnya DO.
1.3. Manfaat
1.      Mengetahui komposisi kimia apa saja yang terkandung dalam air laut, terutama kadar oksigen yang ada dalam air.
2.      Mengetahui metode pengambilan sampel.
3.      Mengetahui pengertian DO dan tujuan di ukurnya DO.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air (Illahude, 1999: 36).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain yang sering digunakan seperti BOD dan COD dalam suatu perairan (Hutabarat dan Evans, 2006: 67).
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air. Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan demikian merupakan pencemaran berat pada air (Anonim, 2009: 1).
Umumnya air mengandung 4-6 ppm oksigen, air pegunungan dapat mengandung sampai 8 ppm oksigen. Dengan kemajuan teknologi Jerman sekarang ini memungkinkan untuk meningkatkan kandungan oksigen di air sampai dengan 80 ppm. Pada kondisi normal, oksigen yang kita hirup dari udara diserap oleh alveoli paru-paru. Namun pada keadaan hipoksia (kekurangan oksigen), tubuh manusia berkemampuan menangkap oksigen dari pencernaan secara difusi. Hal ini dikemukakan oleh Prof. Dr. Pakdaman M.D. yang mengadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh mengkonsumsi air beroksigen tinggi di dalam darah.  Beliau memgemukakan bahwa tekanan parsial oksigen di dalam darah (pO2) merupakan parameter yang penting yang menentukan kandungan oksigen di dalam darah. Penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan tekanan parsial oksigen di dalam darah setelah minum air minum beroksigen tinggi (Nontji, 2002: 92).
DO atau kadar oksigen terlarut menyatakan kandungan oksigen di dalam air. Kemampuan air dalam melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu air, tekanan gas oksigen dan kemurnian air. Terapi pemberian oksigen melalui saluran pernafasan (dihirup melalui hidung) Bagian per sejuta. Merupakan satuan jumlah yang sangat kecil. 1ppm = 1 bagian / 1.000.000 jadi air yang mengandung oksigen 80ppm = 80 miligram oksigen dalam 1 liter air (Ridwan, 2006: 56).
Merupakan metode yang sangat efektif untuk membuat air minum. Proses ini dapat mengurangi jumlah bahan-bahan organik, inorganik, bakteri dan partikel-partikel yang banyak megkontaminasi air. Proses reverse osmosis berdasarkan pada proses osmosis yang melibatkan perpindahan air secara selektif dari satu sisi ke sisi lain di membran. Tekanan diberikan untuk mendorong air melewati membran, sedangkan kontaminan tidak dapat melewati membran sehingga air yang lebih murni berkumpul pada satu sisi (Supangat, 2000: 57).
Salah satu jenis terapi inhalasi oksigen. Terapi ini merupakan pemberian oksigen dengan tekanan lebih tinggi dari tekanan udara normal (1 atm). Terapi ini dilakukan dalam ruangan khusus dan harus diawasi oleh tenaga ahli karena jika salah penanganan dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Ridwan, 2006: 98).
Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam kolam selalu mengalami perubahan dalam sehari semalam oleh karena itu, pengelola kolam ikan harus selalu mengetahui atau memantau perubahan konsentrasi oksigen terlarut di dalam kolamnya. Sumber utama oksigen, terlarut dalam air adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis biota yang berklorofil yang hidup di dalam perairan, Kecepatan difusi oksigen ke dalam air sangat lambat Oleh karena itu, Fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut dalam perairan (Supangat, 2007: 78)
Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat dalam satu liter air (ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan masssa air serta merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi. Kadar oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10% (Anonim, 2009: 1).
Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan lain-lain. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat menimbulkan anorexia, stress, dan kematian pada ikan. Bila dalam suatu kolam kandungan oksigen terlarut sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l, maka proses reproduksi dan pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik. Pada perairan yang mengandung deterjen, suplai oksigen dari udara akan sangat lambat sehingga oksigen dalam air sangat sedikit. Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat dalam satu liter air (ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis plankton atau tumbuhan air (Hutabarat dan Evans, 2006: 67).
Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan masssa air serta merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10. Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan lain-lain. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat menimbulkan anorexia, stress, dan kematian pada ikan. Bila dalam suatu kolam kandungan oksigen terlarut sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l, maka proses reproduksi dan pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik. Pada perairan yang mengandung deterjen, suplai oksigen dari udara dalam air sangat sedikit (Illahude, 1999: 36).
Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup inilah beberapa manfaatnya, untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik, sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas, hasil fotosintesis organisme yang hidup (Mulyanto, 2009: 2).
Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga (Nontji, 2002: 93).
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa, air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut (Anonim, 2009:1).
Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (Nontji, 2002: 93).
Oksigen dan karbondioksida yang terlarut di air laut mempunyai arti penting dalam  emtabolisme. Kelarutan gas – gas dalam air laut adalah suatu fungsi dari suhu, makin rendah suhu makin besar kelarutannya. Oleh karena itu  makin dingin suatu badan air, makin banyak oksigen yang dapat diakndungnya. Kelarutan gas di dalam air tidak begitu besar. Pada permukaan air laut hingga kedalaman 10 – 20 meter kandungan oksigen memperlihatkan jumlah yang maksimum karena kegiatan fotosintesis tumbuh – tumbuhan dan difusi oksigen dari atmosfer sedangkan di lapisan dalam sumber O2 berasal dari Singking Water dari daerah kutub (Hutabarat dan Evans, 2006: 68).
Pada lapisan permukaan, konsentrasi permukaan, konsentrasi O2  tinggi karena dari suplai dari proses fotosintesi dan difusi O2 dari atmosfer. Sebaliknya konsentrasi CO­2 kecil dari lapisan karena banyak digunakan oleh tanaman (phytoplankton) untuk fotosintesis (Supangat, 2000: 57).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million) (Illahude, 1999: 37).
Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Lalu apakah penyebab bau busuk dari air yang tercemar? Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob (Hutabarat dan Evans, 2006: 68).
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi. Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaranair buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam dalam proses kelarutannya (Anonim, 2009: 2).
Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar ± 9 ppm pads suhu 20°C. Dalam perairan oksigen berperan dalam proses oksidasi den reduksi bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Sumber utama oksigen diperairan berasal dari proses difusi udara bebas dan hasil proses fotosintesis. Campuran heterogen adalah campuran jika komponen – komponen penyusunnya dapat dibedakan dan sifat masing – masing komponen masih tampak sedangkan campuran homogen adalah campuran yang tidak dapat dibedakan satu dengan lainnya, tetapi sifat masing – masing komponen penyusunnya masih tampak Untuk mengetahui kualitas suatu perairan, parameter oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biokimia (BOD) memegang peranan penting (Hutabarat dan Evans, 2006: 67).

BAB IV
PEMBAHASAN
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu perairan. Oksigen terlarut dimanfaatkan oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efisiensi pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya.
Oksigen merupakan salah satu gas terlarut di perairan alami dengan kadar  bervariasi yang dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan  atmosfir. Selain diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme di perairan,  oksigen juga diperlukan dalam proses dekomposisi senyawa-senyawa organik  menjadi senyawa anorgani.
Bila terjadi kelebihan atau kekurangan oksigen terlarut dapat dilakukan beberapa cara. Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara menaikkan suhu atau temperatur air, dimana jika temperatur naik maka kadar oksigen terlarut akan menurun. Yang kedua yaitu menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen terlarut akan menurun karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik  dan anorganik.
Sementara itu, cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara menurunkan suhu atau temperatur air, dimana jika temperatur turun maka kadar oksigen terlarut akan naik. Lalu mengurangi kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka kadar oksigen terlarut akan semakin naik karena proses fotosintesis semakin meningkat. Yang ketiga adalah mengurangi bahan – bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat bahan organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah. Serta yang terakhir diusahakan agar air tersebut mengalir.
Sumber oksigen terlarut terutama berasal dari difusi  oksigen yang terdapat di atmosfer. Difusi oksigen ke dalam air terjadi secara  langsung pada kondisi stagnant (diam) atau karena agitasi (pergolakan massa air) akibat adanya gelombang atau angin
BOD digunakan untuk mengetahui banyaknya zat anorganik yang terkandung dalam air limbah. Makin banyak zat organik, makin tinggi BOD-nya. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, cahaya, matahari, pertumbuhan biologik, gerakan air dan kadar oksigen. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air.
Karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut.
COD merupakan jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom.


BAB V
KESIMPULAN
1.      Oksigen merupakan salah satu gas terlarut di perairan alami dengan kadar  bervariasi yang dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan  atmosfir.
2.      Semakin dalam air tersebut maka kadar oksigen terlarut akan semakin naik.
3.      BOD merupakan kadar oksigen yang dibutuhkan suatu organisme untuk melangsungkan aktivitas biologisnya.
4.      COD merupakan jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air.

5.      Oksigen terlarut dimanfaatkan oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD. http://biarkanakumenulis.blogspot.com/2009/10/oksigen-terlarut-do-dan -kebutuhan.html. Diakses tanggal 22/10/2011 pukul 20.00
Aria, Perwira. 2009. Oksigen Terlarut. http://www.perwira-aria.blogspot.com/. Diakes tanggal 22/10/2011 pukul 20.00 WIB
Fauziah, Ima. 2010. Oksigen Terlarut. http://www.ima-fauziah.wordpress.com/. Diakses tanggal 22/10/2011 pukul 20.00 WIB
Hutabarat, sahala dan Stewart M. Evans. 2006. Pengantar Oseanografi. Universitas  Indonesia: Jakarta.
Illahude, A.Gani. 1999. Pengantar Oseanografi Fisika. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Jakarta.
Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Djambatan: Jakarta.

Supangat,Agus. 2000. Pengantar Oseanografi. Institute Teknologi Bandung: Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar