BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai sumber air yang
dipergunakan untuk keperluan hidup dan kehidupan dapat tercemar oleh berbagai
sumber pencemaran. Limbah dari makhluk hidup, sepertimanusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat menjadi penyumbang pencemaran terhadapair yang akan dipergunakan, baik
untuk keperluan makhluk hidup maupun untuk keperluan kehidupan yang lain. Keberadaan Zat-zat beracun atau
muatan bahan organik yang berlebih akan menimbulkan gangguan terhadap kualitas
air. Keadaan ini akan menyebabkan oksigenterlarut dalam air berada pada kondisi
yang kritis, atau merusak kadar kimia air.Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh
terhadap fungsi dari air (Aria, P. 2009).
Diketahui bahwa oksigen memegang
peranan penting sebagaiindikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut
berperan dalam proses oksidasi danreduksi bahan organik dan anorganik. Selain
itu, oksigen juga menentukan kegiatanbiologis yang dilakukan oleh organisme
aerobic atau anaerobik. Sebagai pengoksidasidan pereduksi bahan kimia beracun
menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping
itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan.
Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalammenguraikan
senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dantidak
beracun (Fauziah, I. 2010).
Sumber oksigen dilautan antara lain dapat diperoleh secara langsung
dari atmosfer melalui proses difusi dan melalui biota berklorofil yang mampu berfotosintesis. Disamping itu juga
terdapat faktor yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam air laut yaitu
karena respirasi biota, dekomposisi bahan organik dan pelepasan oksigen ke
udara. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan
dengan mengamati beberapa parameter kimia yang sering digunakan yaitu DO (Dissolved
Oxygen), BOD
(Biochemical Oxygen Demand), dan COD (Chemical Oxygen Demad)
(Nontji, 2009 : 24)
DO air laut merupakan gas terlarut yang
penting, khususnya dalam proses metabolisme. Faktor yang menentukan konsentrasi
DO di laut adalah proses fotosintesis dan respirasi, pertukaran udara dengan dipermukaan laut. Hal ini dilakukan secara
difusi. DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut juga dapat dijadiakn salah
satu indikator apakah di perairan tersebut tercemar atau tidak. Distribusi DO
secara vertikal dipengaruhi oleh gerakan
air, proses kehidupan di laut, dan secara kimia oksigen dipakai untuk respirasi,
yaitu proses penguraian zat-zat organik yang membutuhkan oksigen (Supangat,
2000: 57).
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan
komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki
kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga
zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh
mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses
metabolisme. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat
digunakan untuk mengetahui gerakan masssa air serta merupakan indikator yang
peka bagi proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang terlarut
bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan
atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan
musiman, tergantung pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis,
respirasi, dam limbah (effluent) yang masuk ke badan air (Anonim, 2009: 1).
1.2. Tujuan
- Mengetahui
komposisi kimia air laut dan metode pengambilan sampel.
- Mampu
melakukan cara pengambilan contoh air laut dan mngkaitkannya dengan
prosedur baku.
- Bisa mengerti apa itu DO dan untuk apa
diukurnya DO.
1.3. Manfaat
1. Mengetahui komposisi kimia apa saja yang
terkandung dalam air laut, terutama kadar oksigen yang ada dalam air.
2. Mengetahui metode pengambilan sampel.
3. Mengetahui pengertian DO dan tujuan di ukurnya DO.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan
komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki
kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga
zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh
mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses
metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam
menguraikan kandungan dalam air (Illahude, 1999: 36).
Oksigen terlarut
(dissolved oxygen, disingkat DO)
atau sering juga disebut dengan kebutuhan
oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting
dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air.
Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas
yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut
telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air
mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk
membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh
sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain yang
sering digunakan seperti BOD dan COD
dalam suatu perairan (Hutabarat
dan Evans, 2006: 67).
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam
menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana.
Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen
organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga
diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam
proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin
giat dalam menguraikan kandungan dalam air. Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air
terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen
yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan demikian
merupakan pencemaran berat pada air
(Anonim, 2009: 1).
Umumnya air mengandung 4-6 ppm oksigen, air pegunungan dapat mengandung
sampai 8 ppm oksigen. Dengan kemajuan teknologi Jerman sekarang ini
memungkinkan untuk meningkatkan kandungan oksigen di air sampai dengan 80 ppm. Pada
kondisi normal, oksigen yang kita hirup dari udara diserap oleh alveoli
paru-paru. Namun pada keadaan hipoksia (kekurangan oksigen), tubuh manusia
berkemampuan menangkap oksigen dari pencernaan secara difusi. Hal ini
dikemukakan oleh Prof. Dr. Pakdaman M.D. yang mengadakan penelitian untuk
mengetahui pengaruh mengkonsumsi air beroksigen tinggi di dalam darah. Beliau memgemukakan bahwa tekanan parsial
oksigen di dalam darah (pO2) merupakan parameter yang penting yang menentukan
kandungan oksigen di dalam darah. Penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan
tekanan parsial oksigen di dalam darah setelah minum air minum beroksigen
tinggi (Nontji, 2002: 92).
DO atau kadar oksigen terlarut menyatakan kandungan oksigen di dalam
air. Kemampuan air dalam melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu air,
tekanan gas oksigen dan kemurnian air. Terapi pemberian
oksigen melalui saluran pernafasan (dihirup melalui hidung) Bagian per
sejuta. Merupakan satuan jumlah yang sangat kecil. 1ppm = 1 bagian / 1.000.000 jadi air yang
mengandung oksigen 80ppm = 80 miligram oksigen dalam 1 liter air (Ridwan, 2006: 56).
Merupakan metode yang sangat efektif untuk membuat air minum. Proses
ini dapat mengurangi jumlah bahan-bahan organik, inorganik, bakteri dan
partikel-partikel yang banyak megkontaminasi air. Proses reverse osmosis
berdasarkan pada proses osmosis yang melibatkan perpindahan air secara selektif
dari satu sisi ke sisi lain di membran. Tekanan diberikan untuk mendorong air
melewati membran, sedangkan kontaminan tidak dapat melewati membran sehingga
air yang lebih murni berkumpul pada satu sisi (Supangat, 2000: 57).
Salah satu jenis terapi inhalasi oksigen. Terapi ini merupakan
pemberian oksigen dengan tekanan lebih tinggi dari tekanan udara normal (1
atm). Terapi ini dilakukan dalam ruangan khusus dan harus diawasi oleh tenaga
ahli karena jika salah penanganan dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Ridwan, 2006: 98).
Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling
kritis pada budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam kolam selalu
mengalami perubahan dalam sehari semalam oleh karena itu, pengelola kolam ikan
harus selalu mengetahui atau memantau perubahan konsentrasi oksigen terlarut di
dalam kolamnya. Sumber utama oksigen, terlarut dalam air
adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis biota yang berklorofil yang
hidup di dalam perairan, Kecepatan difusi oksigen ke dalam air sangat lambat
Oleh karena itu, Fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen
terlarut dalam perairan (Supangat, 2007: 78)
Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat
dalam satu liter air (ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara
melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses
fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Oksigen terlarut merupakan parameter penting
karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan masssa air serta merupakan
indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi. Kadar oksigen yang
terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan
tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian
(diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan
(turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah
(effluent) yang masuk ke badan air. Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas
lain berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut
cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar. Peningkatan
suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10% (Anonim, 2009: 1).
Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung
spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan lain-lain.
Konsentrasi oksigen yang rendah dapat menimbulkan anorexia, stress, dan
kematian pada ikan. Bila dalam suatu kolam kandungan oksigen terlarut sama
dengan atau lebih besar dari 5 mg/l, maka proses reproduksi dan pertumbuhan
ikan akan berjalan dengan baik. Pada perairan yang mengandung deterjen, suplai
oksigen dari udara akan sangat lambat sehingga oksigen dalam air sangat
sedikit. Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat
dalam satu liter air (ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara
melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses
fotosintesis plankton atau tumbuhan air (Hutabarat dan Evans, 2006: 67).
Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat digunakan
untuk mengetahui gerakan masssa air serta merupakan indikator yang peka bagi
proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang terlarut bervariasi
tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar
oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman,
tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air,
aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah (effluent) yang masuk ke badan
air. Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain berkurang dengan
meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah
daripada kadar oksigen di perairan tawar. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan
meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10. Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
organisme akuatik tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan,
aktivitas, suhu, dan lain-lain. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat
menimbulkan anorexia, stress, dan kematian pada ikan. Bila dalam suatu kolam
kandungan oksigen terlarut sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l, maka
proses reproduksi dan pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik. Pada perairan
yang mengandung deterjen, suplai oksigen dari udara dalam air sangat sedikit (Illahude, 1999: 36).
Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan
hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk
yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk
mikroorganisme seperti bakteri. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan
oleh semua jasad hidup inilah beberapa manfaatnya, untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik, sumber utama oksigen
dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas, hasil fotosintesis
organisme yang hidup (Mulyanto, 2009: 2).
Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas
perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi
bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis
yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik,
peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan
hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan
perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi
senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas.
Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat
penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami
maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan
industri dan rumah tangga (Nontji,
2002: 93).
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan
pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan
tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme,
sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain
yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air
buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu
diperkaya kadar oksigennya. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung
sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa,
air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut (Anonim, 2009:1).
Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya
suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan,
kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan
udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman
akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis
semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan
dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap
oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan
oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan
tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan
yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (Nontji, 2002: 93).
Oksigen dan karbondioksida yang terlarut
di air laut mempunyai arti penting dalam
emtabolisme. Kelarutan gas – gas dalam air laut adalah suatu fungsi dari
suhu, makin rendah suhu makin besar kelarutannya. Oleh karena itu makin dingin suatu badan air, makin banyak
oksigen yang dapat diakndungnya. Kelarutan gas di dalam air tidak begitu besar.
Pada permukaan air laut hingga kedalaman 10 – 20 meter kandungan oksigen
memperlihatkan jumlah yang maksimum karena kegiatan fotosintesis tumbuh –
tumbuhan dan difusi oksigen dari atmosfer sedangkan di lapisan dalam sumber O2
berasal dari Singking Water dari daerah kutub (Hutabarat dan Evans, 2006:
68).
Pada lapisan permukaan, konsentrasi
permukaan, konsentrasi O2 tinggi karena dari suplai dari proses
fotosintesi dan difusi O2 dari atmosfer. Sebaliknya konsentrasi CO2
kecil dari lapisan karena banyak digunakan oleh tanaman (phytoplankton)
untuk fotosintesis (Supangat, 2000: 57).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal
dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut
minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan
oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan
sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan
oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Agar
ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau
5 ppm (part per million)
(Illahude, 1999: 37).
Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri
yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang. Apabila
sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian
besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan
nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar
oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti
ikan, udang dan kerang akan mati. Lalu apakah penyebab bau busuk dari air yang
tercemar? Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil
proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob (Hutabarat dan Evans, 2006: 68).
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen
yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi
aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan
oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi.
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaranair buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan
suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang
digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik
yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi
yang ada di alam dalam proses kelarutannya (Anonim, 2009: 2).
Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara
luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Hal ini
penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya
berkisar ± 9 ppm pads suhu 20°C. Dalam perairan oksigen berperan dalam proses
oksidasi den reduksi bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai
nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Sumber utama oksigen
diperairan berasal dari proses difusi udara bebas dan hasil proses
fotosintesis. Campuran
heterogen adalah campuran jika komponen – komponen penyusunnya dapat dibedakan
dan sifat masing – masing komponen masih tampak sedangkan campuran homogen
adalah campuran yang tidak dapat dibedakan satu dengan lainnya, tetapi sifat
masing – masing komponen penyusunnya masih tampak Untuk
mengetahui kualitas suatu perairan, parameter oksigen terlarut (DO) dan
kebutuhan oksigen biokimia (BOD) memegang peranan penting (Hutabarat dan Evans, 2006: 67).
BAB IV
PEMBAHASAN
Oksigen
terlarut merupakan kebutuhan vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu
perairan. Oksigen terlarut dimanfaatkan oleh organisme perairan melalui
respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar
oksigen terlarut dapat mengurangi efisiensi pengambilan oksigen oleh biota
laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan
hidupnya.
Oksigen
merupakan salah satu gas terlarut di perairan alami dengan kadar
bervariasi yang dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air dan
tekanan atmosfir. Selain diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme di
perairan, oksigen juga diperlukan dalam proses dekomposisi
senyawa-senyawa organik menjadi senyawa anorgani.
Bila terjadi kelebihan atau
kekurangan oksigen terlarut dapat dilakukan beberapa cara. Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut adalah
dengan cara menaikkan suhu atau temperatur air, dimana jika temperatur naik
maka kadar oksigen terlarut akan menurun. Yang kedua yaitu menambah kedalaman
air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen terlarut akan
menurun karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen
digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik.
Sementara itu, cara untuk menanggulangi jika
kekurangan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara menurunkan suhu atau temperatur
air, dimana jika temperatur turun maka kadar oksigen terlarut akan naik. Lalu mengurangi
kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka kadar oksigen terlarut
akan semakin naik karena proses fotosintesis semakin meningkat. Yang ketiga
adalah mengurangi bahan – bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat
bahan organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah. Serta yang
terakhir diusahakan agar air tersebut mengalir.
Sumber oksigen
terlarut terutama berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer.
Difusi oksigen ke dalam air terjadi secara langsung pada kondisi stagnant
(diam) atau karena agitasi (pergolakan massa air) akibat adanya gelombang atau
angin
BOD digunakan untuk mengetahui banyaknya zat anorganik yang terkandung
dalam air limbah. Makin banyak zat organik, makin tinggi BOD-nya. Nilai BOD
dipengaruhi oleh suhu, cahaya, matahari, pertumbuhan biologik, gerakan air dan
kadar oksigen. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi,
berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang
tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia (bahan organik),
oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan
organik dalam air.
Karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada
banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung
pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam
keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat
bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen
dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang
kekurangan oksigen terlarut.
COD merupakan jumlah
oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada
dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent) COD adalah jumlah oksigen yang
diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui
reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar
didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh kalium
bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi
gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom.
BAB V
KESIMPULAN
1.
Oksigen merupakan salah satu gas
terlarut di perairan alami dengan kadar bervariasi yang dipengaruhi oleh
suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfir.
2.
Semakin dalam air tersebut maka
kadar oksigen terlarut akan semakin naik.
3.
BOD merupakan kadar oksigen yang
dibutuhkan suatu organisme untuk melangsungkan aktivitas biologisnya.
4.
COD merupakan jumlah oksigen (mg
O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter
sampel air.
5.
Oksigen terlarut dimanfaatkan oleh
organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan
kesuburan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2009. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan
Oksigen Biologi (BOD. http://biarkanakumenulis.blogspot.com/2009/10/oksigen-terlarut-do-dan
-kebutuhan.html. Diakses tanggal 22/10/2011 pukul 20.00
Aria, Perwira. 2009. Oksigen Terlarut. http://www.perwira-aria.blogspot.com/.
Diakes tanggal 22/10/2011 pukul 20.00 WIB
Fauziah, Ima. 2010. Oksigen Terlarut. http://www.ima-fauziah.wordpress.com/.
Diakses tanggal 22/10/2011 pukul 20.00 WIB
Hutabarat, sahala dan Stewart M. Evans. 2006. Pengantar Oseanografi. Universitas
Indonesia: Jakarta.
Illahude, A.Gani. 1999. Pengantar
Oseanografi Fisika. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Jakarta.
Mulyanto.
2009. Oksigen Terlarut Dalam Air. http://hobiikan.blogspot.com/
2009/02/oksigen-terlarut-dalam-air.html. Diakses tanggal 22/10/2011. Pukul 20.00 WIB
Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara.
Djambatan: Jakarta.
Supangat,Agus. 2000. Pengantar
Oseanografi. Institute
Teknologi Bandung: Bandung.