LAPORAN
PRAKTIKUM PENGANTAR OSEANOGRAFI
DENSITAS AIR LAUT
Oleh :
Nama : Ridho
Anzari
Nim : 08101005026
Kelompok : II
(dua)
LABORATORIUM OSEANOGRAFI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air
adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai
saat ini di bumi,
tetapi tidak di planet lain.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik
(330 juta mil³) tersedia di bumi. Air laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam. Air di
laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti
garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak
terlarut. Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam
sekitar 3,5 %, air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang paling
tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia,
keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang
paling asin adalah di Laut Merah, di
mana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit
masukan air dari sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih
tinggi lagi. Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam
mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium,
kalium, kalsium, dll. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan
garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin
karena banyak mengandung garam (Anonim, 2011).
Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni. Laut, menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih karena panasnya Bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer Bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan dan menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam Bumi. Menurut para ahli, awal mula laut terdiri dari berbagai versi; salah satu versi yang cukup terkenal adalah bahwa pada saat itu Bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar Matahari untuk masuk ke Bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan (Potter, 2009).
Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni. Laut, menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih karena panasnya Bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer Bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan dan menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam Bumi. Menurut para ahli, awal mula laut terdiri dari berbagai versi; salah satu versi yang cukup terkenal adalah bahwa pada saat itu Bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar Matahari untuk masuk ke Bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan (Potter, 2009).
Dengan
lambat laun jumlah karbon dioksida yang ada di atmosfer
mulai berkurang akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat
membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga
sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan terjadinya
proses penguapan sehingga volume
air laut di Bumi juga mengalami pengurangan dan bagian-bagian di Bumi yang
awalnya terendam air mulai kering. Proses pelapukan batuan terus berlanjut
akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut semakin
asin. Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet Bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin
dingin karena air di laut berperan dalam menyerap energi panas yang ada, namun
pada saat itu diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di bumi (Anonim, 2011).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui
alat-alat yang digunakan untuk mengukur densitas air laut dan diagram T-S
2. Mampu
membuat diagram T-S
3. Mampu
menggambarkan garis-garis isopicnal pada diagram T-S
1.3 Manfaat
1. Mampu
menggunakan alat-alat yang digunakan pada pengukuran densitas.
2. Dapat
menggambarkan garis-garis pada diagram T - S dengan baik.
3. Memahami
metode pengukuran densitas.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam
mempelajari dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal
(misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut
yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat
penting dalam oseanografi. Posisi
obyek di dalam air, materi2 di dalam dan di atas permukaan laut dan posisi dari
massa air tersebut ditentukan sebagai densitas. obyek yang tebal akan terbenam
di bawah obyek yang sedikit tebal. Perubahan volume dapat mengubah densitas.
Contohnya jika temperature air meningkat air akan berpindah lebih cepat dan dan
akan menempati volume yang lebih besar dan densitas akan menurun. Dan jika air
tersebut dingin, perpindahan partikel akan menurun dan volume juga akan menurun
sehingga densitas air akan meningkat. Hal ini juga akan sangat mungkin dalam
mengubah massa air dengan melarutkan materi - materi di dalamnya. Materi -
materi yang dilarutkan memberikan kuantitas massa yang besar sehingga densitas
tinggi. Sejak densitas ditetapkan sebagai obyek yang menduduki posisi
yang menentukan, massa air yang tinggi akan selalu berpindah ke dalam dan
terbenam di bawah densitas yang lebih rendah. Dalam pengaruh densitas yang
berbeda merupakan faktor kontrol arus yang berpindah di bawah permukaan laut (Potter, 2009).
Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho). Densitas air laut bergantung pada temperatur
(T), salinitas (S) dan tekanan (p). Kebergantungan ini dikenal sebagai
persamaan keadaan air laut :
ρ = ρ(T,S,p)
Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas
dilakukan oleh Knudsen dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ
dinyatakan dalam g cm-3. Penentuan dasar yang baru didasarkan pada
data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang lebih besar, menghasilkan
persamaan densitas baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan Internasional.
Persamaan ini menggunakan temperatur dalam oC,
salinitas dari Skala Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000
pascal = 10.000 N m-2). Densitas dalam persamaan ini dinyatakan
dalam kg m-3. Jadi, densitas dengan harga 1,025 g cm-3 dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan
harga 1025 kg m-3 dalam
Persamaan Keadaan Internasional. Densitas bertambah dengan bertambahnya
salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali pada temperatur di bawah
densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para
oseanografer biasanya menggunakan lambang σt (huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t)
untuk menyatakan densitas air laut. dimana σt = ρ - 1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan
(seharusnya menggunakan satuan yang sama dengan ρ). Densitas rata-rata air laut
adalah σt = 25. Aturan
praktis yang dapat kita gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah: σt berubah dengan nilai yang sama jika T berubah 1oC, S 0,1,
dan p yang sebanding dengan perubahan kedalaman 50 m (Setiawan,
2005).
Perlu diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas
titik beku untuk salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk
salinitas di atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya konveksi panas. S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas
maksimum, kemudian jika air permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas
maksimum telah terlewati) pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran
akibat angin (wind mixed layer)
saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih
dalam akan dipenuhi oleh air dengan densitas maksimum.
S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan
air. Pendinginan diperlambat akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan
air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas
maksimum tercapai. Seperti halnya pada temperatur, pada
densitas juga dikenal parameter densitas potensial yang didefinisikan
sebagai densitas parsel air laut yang dibawa secara adiabatis ke level tekanan
referensi (Eka, 2005).
Densitas
air laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan volume. Densitas
merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, serta dipengaruhi juga oleh salinitas, temperatur, dan tekanan. Pada
umumnya nilai densitas (berkisar antara 1,02 - 1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai
dengan bertambahnya salinitas dan tekanan serta berkurangnya temperature. Perubahan
densitas dapat disebabkan oleh proses-proses : Evaporasi di permukaan laut. Massa
air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang, sehingga besarnya densitas relatif
homogen. Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline)
dan juga salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas
yang cukup besar (Pynocline). Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut mempunyai
densitas yang lebih padat. Stabilitas air laut dipengaruhi oleh perbedaan
densitasnya, yang disebut dengan Sirkulasi Densitas atau Thermohaline. Dalam
kegiatan pemeruman (pengukuran kedalaman dengan alat Echosounder), salinitas dan temperatur yang diperoleh dari
pengukuran pada interval kedalaman tertentu sangat berguna untuk menentukan : Cepat
rambat gelombang akustik. Menentukan pembelokan arah perambatan gelombang
akustik (refraksi) (Setiawan,
2005).
Umumnya
ada hubungan tak lansung antara suhu dan densitas, karena adanya ganguan
atom-atom dalam molekul air. Kenaikan sushu menurunkan densitas air laut dan
menambah daya larut air laut. Air murni dapat beku pada suhu 0 derajat Celsius,
karena ada pengaruh dari densitas dan salinitas air laut masih dapat cair pada
suhu 0 derajat Celsius. Pada permukaan air laut membeku pada
suhu -1,9 derajat Celsius. Kapasitas menahan panas air laut dari air laut dan
sirkulasi massa air laut menjadikan laut sebagai pompa panas raksasa. Panas
dari matahari akan menghangatkan pada permukaan lintang rendah di bumi. Oleh
sirkulasi permukaan air laut akan mengngkut panas ke lintang yang tinggi yang
seharusnya dingin akan menjadi panas seperti daerah eropa. Penelitian yang
dilakukan oleh beberapa ahli menyatakan posisi Indonesia merupakan posisi
penentu dalam mengontrol iklim global dan dunia yang bersumber pada arus lintas
Indonesia dari samudera pasifik menuju samudera hindia dan atlantik (Imran, 2009).
Arus
densitas merupakan arus yang timbul akibat adanya gradien densitas dalam arah
horizontal. Gradien densitas horizontal terbentuk oleh variasi salinitas, suhu
atau kandungan sedimen. Arus densitas ini umumnya terjadi didaerah pantai dan
estuari dimana terdapat fluks air tawar ke arah laut. Fluks air tawar ini akan
mengakibatkan adanya variasi atau gradien densitas dalam arah horizontal yang
bertambah besar ke arah laut. Gradien densitas horizontal ini mengakibatkan
gradien tekanan horizonal yang akhirnya menimbulkan arus densitas. Didalam arus
densitas di estuari terjadi keseimbangan antara gradien tekanan dan gesekan
internal, sementara didalam arus densitas di daerah pantai terjadi keseimbangan
antara gradien tekanan, gesekan internal, dan gaya coriolis. Terdapat 5 tipe
arus densitas sebagai berikut : Arus densitas akibat discharge / debit sungai.
Arus densitas akibat suplai bouyancy dari laut lepas. Arus densitas akibat
input bouyancy dari sungai dan laut lepas. Arus densitas akibat efek akumulasi
panas karena kondisi topografi perairan. Arus densitas akibat distribusi horizontal
dari difusivitas vertical (Eka, 2005).
Seperti
halnya pada temperatur, pada densitas juga dikenal parameter densitas
potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa
secara adiabatis ke level tekanan referensi. Temperatur air merupakan factor
lain yang sangat penting dalam distribusi organisme lautan. Beberapa organisme
mampu beradaptasi dengan variasi suhu yang besar. Dalam oseanografi dikenal dua
istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu temperatur dan temperatur
potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena aktivitas molekul
dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitas (energi), semakin
tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan kandungan energi panas.
Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas spesifik (Imran, 2009).
Temperatur
air laut di permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di daerah
tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga
temperatur di laut adalah -2oC s.d. 35oC. Tekanan di
dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah parsel air yang
bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami
penekanan (kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalamai
penekanan secara adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi panas), maka
temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami
pengembangan (juga secara adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang.
Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan pengembangan ini
bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan
kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita ingin membandingkan temperatur air
pada suatu level tekanan dengan level tekanan lainnya, efek penekanan dan
pengembangan adiabatik harus dihilangkan (Eka, 2005).
Satuan
untuk temperatur dan temperatur potensial adalah derajat Celcius. Sementara
itu, jika temperatur akan digunakan untuk menghitung kandungan energi panas dan
transpor energi panas, harus digunakan satuan Kelvin. 0oC = 273,16K.
Perubahan 1oC sama dengan perubahan 1K. Seperti telah disebutkan di
atas, temperatur menunjukkan kandungan energi panas, dimana energi panas dan
temperatur dihubungkan melalui energi panas spesifik. Energi panas
persatuan volume dihitung dari harga temperatur menggunakan rumus :
Q = densitas * energi panas spesifik * temperatur (temperatur dalam
satuan Kelvin).
Jika
tekanan tidak sama dengan nol, perhitungan energi panas di lautan harus menggunakan temperatur potensial. Satuan
untuk energi panas (dalam mks) adalah Joule. Jadi, densitas berpengaruh terhadap perubahan temperature karena
saat perubahan suhu terjadi, akan terjadi perubahan volume yang mengakibatkan
perubahan densitas. Perubahan temperature yang terjadi merupakan perubahan
temperature adiabatic (tanpa pertukaran energy panas) karena sesungguhnya,
perubahan temperature yang terjadi tidak terlalu signifikan sehingga tidak
terjadi pertukaran energy panas. Tetapi perubahan tersebut cukup berpengaruh
kepada nilai densitas yang ada (Potter,
2009).
Arus densitas merupakan arus yang timbul akibat adanya
gradien densitas dalam arah horizontal. Gradien densitas horizontal terbentuk
oleh variasi salinitas, suhu atau kandungan sedimen. Arus densitas ini umumnya
terjadi didaerah pantai dan estuari dimana terdapat fluks air tawar ke arah
laut. Fluks air tawar ini akan mengakibatkan adanya variasi atau gradien
densitas dalam arah horizontal yang bertambah
besar ke arah laut. Gradien densitas
horizontal ini mengakibatkan gradien tekanan horizonal yang akhirnya
menimbulkan arus densitas. Didalam arus densitas di estuari terjadi
keseimbangan antara gradien tekanan dan gesekan internal (gesekan viskos), sementara
didalam arus densitas di daerah pantai terjadi keseimbangan antara gradien
tekanan, gesekan internal, dan gaya coriolis atau hanya keseimbangan antara
gradien tekanan dan coriolis (gesekan internal diabaikan) (Setiawan, 2005)
Arus densitas akibat debit sungai terbentuk di daerah estuari
(daerah muara sungai dimana terjadi pengenceran air laut oleh air sungai).
Aliran air tawar dari hulu mengakibatkan terbentuknya gradien horizontal dari
densitas yang bertambah besar ke arah laut. Gradien horizontal dari densitas
ini mengakibatkan sirkulasi estuari di mana air tawar mengalir di lapisan
permukaan kearah muara (laut) dan air asin mengalir dilapisan bawah (dalam) ke
arah hulu. Arus kearah hulu di
lapisan bawah timbul akibat muka air yang tinggi di lepas pantai dibandingkan
di muara (saat pasang) (Eka, 2005).
Air di perairan pantai lebih berat dari pada air di lepas
pantai karena suhu air di pantai lebih rendah daripada di lepas pantai. Muka
air di pantai lebih rendah daripada di lepas pantai atau terbentuk slope muka
air yang naik ke arah lepas pantai.Pada kondisi normal, akibat keseimbangan
gaya gradien tekanan karena adanya slope dan coriolis akan terbentuk arus yang
bergerak sejajar pantai. Bila
keseimbangan antara gradien tekanan dan coriolis ini terganggu maka timbul
gerakan arus yang hangat dari arah lepas pantai ke arah pantai akibat slope
muka laut yang tinggi di lepas pantai daripada di pantai. Gerakan massa air
yang ringan dan hangat dari lepas pantai menuju pantai ini adalah arus
densitas. Di Jepang, arus hangat yang bergerak dari lepas pantai ke arah pantai
disebut “kyucho”; (kyu=kuat, cho=arus) (Imran, 2009).
Daerah pantai mendapat input air tawar dari sungai (input
bouyancy dari sungai). Di lepas
pantai, terdapat juga input bouyancy akibat pecampuran dengan massa air yang
lebih hangat dari laut lepas. Pada musim dingin di mana terjadi pendinginan
yang besar di permukaan, air yang berada di daerah pertengahan (central) yang
kurang asin menjadi sangat berat dan turun ke lapisan dalam. Massa air di perairan pantai tidak dapat
turun (sinking) akibat pendinginan karena mendapat suplai air tawar dari
sungai. Jadi, ia tidak cukup berat untuk turun ke lapisan dalam. Air yang di
lepas pantai juga tidak cukup dingin(berat) untuk tenggelam ke lapisan dalam
karena adanya percampuran dengan air laut lepas yang hangat (input bouyancy
dari laut lepas). Jadi, pada saat terjadinya pendinginan di permukaan waktu
musim dingin air di daerah central menjadi cukup berat untuk turun ke lapisan
dalam membentuk “front thermohaline” (Gambar 3). Di daerah central terbentuk
daerah konvergensi (pertemuan massa air perairan pantai dan massa air lepas
pantai) yang diikuti oleh sinking water ke lapisan dalam. Turunnya (sinking ) air di daerah
konvergensi diperkuat oleh efek cabeling. Proses cabeling adalah percampuran 2
massa air dengan densitas yang sama tetapi temperatur dan salinitasnya berbeda
membentuk massa air yang baru dengan densitas yang lebih berat dan kemudian
turun ke lapisan dalam. Dalam kasus ini dua massa air (pantai dan lepas pantai)
dengan densitas yang sama tetapi temperatur dan salinitasnya berbeda, bercampur
di front thermohaline membentuk massa air baru yang densitasnya lebih besar dan
turun ke lapisan dalam (Potter, 2009).
Perbedaan kapasitas panas akibat slope dasar perairan dapat
menimbulkan gradien temperatur dalam arah horizontal yang kemudian memicu
timbulnya arus densitas karena adanya gradien horizontal dari densitas. Pada skala kecil diperairan pantai yang
dangkal dimana efek coriolis dapat diabaikan, proses pemanasan pada musim panas
dan pendinginan pada musim dingin dapat menimbulkan arus densitas yang arahya
berlawanan. Pada musim panas,
air didekat pantai karena lebih dangkal, akan lebih hangat dari pada air
dilepas pantai, sehingga muka air di pantai lebih tinggi dari pada muka air di
lepas pantai. Akibatnya terbentuk arus densitas yang bergerak ke lepas pantai
di lapisan permukaan, dan kekosongan massa di dekat pantai akan diisi oleh air
dingin dari lapisan dalam (Setiawan,
2009).
BAB
III
METODOLOGI
1.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari
senin, tanggal 17 oktober 2011. pukul
13.30 samapai dengan selesai. Bertempat dilaboratorium oseanografi, jurusan
ilmu kelautan Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya Inderalaya.
1.2 Alat Dan Bahan
a. Peralatan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah : kalkulator, penggaris, dan pensil.
b. Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas millimeter block.
1.3 Cara Kerja
|
PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan
diketahui bahwa densitas merupakan kerapatan massa jenis air. Densitas selalu berhubungan dengan
suhu,tekanan dan salinitas. Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas
dan berkurangnya temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas
maksimum. densitas berpengaruh terhadap perubahan temperature karena saat
perubahan suhu terjadi, akan terjadi perubahan volume yang mengakibatkan
perubahan densitas. Perubahan temperature yang terjadi merupakan perubahan
temperature adiabatic (tanpa pertukaran energy panas) karena sesungguhnya,
perubahan temperature yang terjadi tidak terlalu signifikan sehingga tidak
terjadi pertukaran energy panas.
Sejak densitas
ditetapkan sebagai obyek yang menduduki posisi yang menentukan, massa air yang
tinggi akan selalu berpindah ke dalam dan terbenam di bawah densitas yang lebih
rendah. Dalam pengaruh densitas yang berbeda merupakan faktor kontrol arus yang
berpindah di bawah permukaan laut.
Umumnya ada hubungan tak lansung antara suhu dan densitas, karena adanya
ganguan atom-atom dalam molekul air. Kenaikan suhu menurunkan densitas air laut
dan menambah daya larut air laut. Air murni dapat beku pada suhu 0 derajat
Celsius, karena ada pengaruh dari densitas dan salinitas air laut masih dapat
cair pada suhu 0 derajat Celsius. Pada permukaan air laut membeku pada
suhu -1,9 derajat Celsius. Kapasitas menahan panas air laut dari air laut dan
sirkulasi massa air laut menjadikan laut sebagai pompa panas raksasa. Secara
umum densitas meningkat dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman,
dan menurunnya suhu.
Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut,
serta dipengaruhi juga oleh salinitas, temperatur, dan tekanan. Densitas air
laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan volume. Pada umumnya nilai
densitas akan bertambah sesuai dengan bertambahnya salinitas dan tekanan serta
berkurangnya temperatur.
Berdasarkan
parameter yang mempengaruhi densitas antara suhu, salinitas dan tekanan, yang
paling mempengaruhi densitas adalah tekanan. Jika densitas di suatu perairan
naik atau tinggi maka suhu di perairan tersebut akan turun. Densitas maksimal
terjadi pada suhu antara 39,80C - 400C.
Tapi sebaliknya dengan salinitas dan tekanan di daerah perairan tersebut.
Tekanan dan salinitasnya naik. Jadi pada intinya adalah densitas berbanding
terbalik dengan suhu tetapi berbanding lurus dengan salinitas dan tekanan. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi densitas adalah suhu, salinitas dan
tekanan. Dan dari faktor-faktor yang mempengaruhi densitas tersebut, faktor
tekanan lah yang paling berpengaruh terhadap nilai densitas di suatu perairan.
Jadi jika disuatu perairan tekanannya berubah maka densitasnyapun pasti berubah.
Distribusi densitas dalam perairan dapat dilihat melalui
stratifikasi densitas secara vertikal di dalam kolom perairan, dan perbedaan
secara horisontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi densitas berhubungan
dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang berdensitas tinggi
pada lapisan permukaan ke kedalaman tertentu. Densitas permukaan laut berkurang
karena ada pemanasan, presipitasi, run off dari daratan serta meningkat jika
terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.
Sebaran densitas secara vertikal ditentukan oleh proses
percampuran dan pengangkatan massa air. Penyebab utama dari proses tersebut
adalah tiupan angin yang kuat. Pada
tingkat kepercayaan 95 % terlihat adanya hubungan yang positif antara densitas
dan suhu dengan kecepatan angin, dimana ada kecenderungan meningkatnya
kedalaman lapisan tercampur akibat tiupan angin yang sangat kuat. Secara umum
densitas meningkat dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman, dan
menurunnya suhu.
Pada intinya adalah distribusi denstitas ada dua yaitu secara
vertikal dan horisontal. Jika vertikal pengaruh denstitas terhadap
temperatur/suhu dan salinitas juga tekanan. Bisa ditandai dengan sebuah grafik,
dimana tersebut garisnya berada pada posisi vertikal, garisnya dari atas ke
bawah.
BAB V
KESIMPULAN
1. Alat pengukur densitas yaitu hand
refractometer dan CTD
2. Diagram T-S merupakan salah satu metode
untuk mengetahui massa air laut berdasarkan suhu dan salinitas.
3. Isopicnal merupakan garis imajiner yang
menghubungkan densitas yang sama.
4. Densitas sangat dipengaruhi oleh suhu,
salinitas, dan tekanan.
5. Distribusi denstitas ada dua yaitu
secara vertikal dan horizontal.
DAFTAR PUSTAKA
Eka, Djunarsjah. 2005. Sifat fisik air laut. http://sudomo-gis.com.
Diakses pada tanggal 14 Oktober 2011 pukul 20.00
WIB.
Imran,
Ali. 2009. Suhu dan densitas air laut.
http://adharikunae.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 14 Oktober
2011 pukul 20.00 WIB.
Potter, Yudo. Densitas Air Laut. http://oseanografi.blogspot.com.
Diakses tanggal 14 Oktober 2011 pukul 20.00 WIB
Setiawan, Agus. 2005. Densitas Laut.
http://oseanografi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2011 pukul 20.00 WIB
bang izin copy ya. makasih bang. postinganya mantap. sukses trus tuk abang
BalasHapushmmm dapusnya blogspot ya
BalasHapus